#Pehagengster
Upcoming movie "Wanara and The Last Temple"
#Tracinemability (work in progress with Cinemartani)
Visit our new store; PEHAGENGSTORE

PPPEHAAA

princeton-97827_1280

Pantulan dari dan ke luar/dalam diri di sekitar kami / Reflections from and to the outside/inside of ourselves around us

GGGENGGG

san-jose-92464_1280

Tawaran lain dari apa-apa yang sudah ada di pasaran (kerja-kerja inisiatif) / Other offers from what is already on the market (initiative works)

SSSEEE

academic-2769_1280

Pancaragam kepercayaan yang kami sepakati dan percayai / A variety of beliefs that we agree with and believe in

Producer Strategy in Distribution of Yogyakarta Special Fund Documentary Film “YK48” - Vol. 3 No. 1 (2025): The 6th Jogjakarta Communication Conference (JCC)


Bersama mbak Zahra untuk interview tulisannya tentang apa yang saya dan teman-teman Pehagengsi lakukan dalam mendistribusikan karya/gagasannya di Bjong Cafe ketika kami sedang #PehagengsterTurDalamNegeri Special Edition untuk membantu meringankan beban salah satu teman kami di Slankers Fans Club Yogyakarta yang terkena musibah. Foto oleh Dinda O.

Hasil tulisan mabk Zahra dan mas Budi Tobon, "Producer Strategy in Distribution of Yogyakarta Special Fund Documentary Film “YK48” - Vol. 3 No. 1 (2025): The 6th Jogjakarta Communication Conference (JCC)" bisa dibaca dengan klik link ini: https://jcc-indonesia.id/proceeding/index.php/jcc/article/view/481

Terima kasih & sampai jumpa di karya baru kami selanjutnya!

Menuju layar ke 50!


Perjalanan gak nyangka bisa kepanjangan gini. #PehagengsterTurDalamNegeri sudah melintasi 17 kota, 48 layar dengan 7 film adalah bukti nyata: film pendek punya daya tahan luar biasa dengan inisiatifnya sendiri, walau kadang masih bingung gimana cara masarinnya 🤯. Di setiap kota, kami merasakan betapa komunitas film adalah jantung yang memompa semangat perfilman Indonesia, maaf kalo kami sering ngrepotin dan suka tiba2 🙏🙏🙏. Kami juga belajar, apresiasi terbaik lahir dari interaksi langsung melalui saweran & diskusi, nyontek kotak amal kalo kalo jumatan ini, ada syukur gak ada syukurin 🥴. Dan satu hal pasti, film akan terus hidup jika kita tahu cara merawat dan memasarkannya, coba ikut kelas Bisnis bukannya bikin duit malah muteren film. Jual merchandise kalo begitu... 🧐

Terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh kawan, komunitas dan media partner yang telah membuka pintu sejak 2022, dalam perjalanan yang mungkin tak berujung, sampai Tuhan punya rencana lain atau encok pegel linu melanda 🥶. Tabik buat kalian semua dan sampai jumpa di kota/komunitas/acara selanjutnya! Sehat2! ✊

Pranala yang mungkin akan melengkapi tulisan ini:
  • Tentang #PehagengsterTurDalamNegeri (click)
  • (sebelum) #PehagengsterTurDalamNegeri (click)
  • (setelah) #PehagengsterTurDalamNegeri yang sampai entah (click: 1, 2, 3)

PWS di Konser Urup 2025

Mengawali tahun baru 2025 dengan bekerja adalah bukan hal yang banyak orang rencanakan, begitu juga dengan kami. Namun kesempatan untuk nimbrung di konser Kunto Aji, Urup 2025 terlalu disayangkan jika dilepas begitu saja. Bagi kami, ada banyak alasan kenapa kami harus mengambil kesempatan ini dan ada di sana untuk berkolaborasi maupun berjejaring dengan para manusia yang bangun lebih dini daripada imam masjid itu. Di sana kami membawa program ‘Pehagengsi Warm Session (PWS)’. Sesi hangat untuk pagi yang dingin.

Malam itu dengan melawan arus tahun baru, kami–gerombolan Tutbek, Pehagengsi dan Hagia–berangkat tanggal 31 dini hari. Mobil digas ketika kembang api pergantian tahun baru saja disemburkan ke langit-langit, yang segera dibalas dengan air hujan. Karena Jogja malam itu sedang basah-basahnya.

Perjalanan tidak memakan banyak waktu berkat GPS offline–sebut saja Mas Aryo–yang membuat kami sampai lebih cepat dari yang diperkirakan. Benar saja, sesampainya di sana venue jadi tempat yang cocok untuk iklan sabun pemutih karena tanah dan rumputnya super becek. Tidak ada sandal/sepatu yang selamat dari balutan lumpur keesokan harinya.

Malam masih panjang sesampainya Mas Kiki dan Em men-dress-up booth-nya. Namun setelahnya subuh juga datang dengan cepat. Setelah hujan reda, embun turun dan digantikan dengan matahari terbit, kami bersiap di pos masing-masing untuk menjalankan misi. Tutbek dengan seabrek koleksi totebag dan live sablonnya, Hagia dengan alat tempur untuk live drawing-nya dan Pehagengsi dengan karpet merahnya :D

Oh iya, di Urup 2025 ini kami berada di area barisan Pasar Urup. Jadi, banyak orang yang singgah di area ini.


Setelah sesi Mas Kun bernyanyi selesai, kerumunan penonton mulai bergeser ke area Pasar Urup. Pehagengsi “warm session” mulai terjadi, entah bagaimana awalnya. Bisa jadi karena kaos Mas Kiki tertulis ‘Cilacap Music Fest’ yang tercetak hampir di seluruh baju depannya atau berawal dari satu atau obrolan yang lama-lama menjadi besar. Sesi hangat ini didominasi oleh teman-teman dari Republik Ngapak khususnya dari Cilacap-Purwokerto.

Bagiku yang sudah lama meninggalkan ekosistem kreatif Cilacap bertahun-tahun lalu, membuatku penasaran bagaimana kultur ekosistem kreatif khususnya di Cilacap dewasa ini. Btw aku dari Cilacap coret alias Maos hehehe. Lontaran dan sambung menyambung life update dunia kreatif di Cilacap yang disampaikan oleh gerombolan Dismas, Chiko, Rere, Rehan, dkk itu membuat kami hanyut dalam ‘sesi hangat’ membicarakan seputar ekosistem kreatif di sana. Tidak ada yang sia-sia mengganti tahun baru dengan bekerja. Dalam hati kami, entah kapan dan saat apa, ada keinginan yang tidak terucap untuk nantinya berkolaborasi dalam hal-hal yang bisa kami lakukan bersama.

Pehagengsi “warm session” itu diakhiri dengan matahari yang mulai meninggi dan mata yang mulai terkantuk-kantuk, namun dengan hati yang penuh, matahari yg mulai meninggi dan mata-mata yang mulai merunduk pula. Sampai jumpa di "warm session" tahun depan. Tidak ada hal yang tiba-tiba terjadi, tapi banyak hal yg bisa kita ciptakan tiba-tiba. Selamat hari film nasional :D

Foto & Teks: Dinda Oktavianan
Copyright © ALTER\NATIVE | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com